Kamis, 03 November 2011

SEPUCUK SURAT RINDU UNTUK KAMU

dear kamu…

surat ini aku tulis dengan air mata yang kertasnya adalah, sobekan hatiku yang terkoyak-koyak tak bersisa. karena aku hanya ingin menyampaikan bukan sejuta melainkan satu kerinduan, yang terus saja menggerogoti malam-malam di kehidupan. dan terkadang membuat aku tak ingin lelap tertidur di malam hari dan bermimpi, tentang kamu yang selalu saja diam-diam menghampiri. yang seenaknya saja kaki-kaki penuh lumpur cintamu tanpa permisi dan basa-basi, keluar masuk rumah yang sengaja kubangun untuk masa depan kita nanti.

aku hanya mampu menangisi diri sendiri dan mengurung diri dalam ruang sunyi, menguras airmata hingga menderas, mengumpulkan satu demi satu bulirnya, lalu memasukkannya kembali ke dalam mata. dan kau tak perlu mengetahui, betapa aku dan perih telah lama berteman semenjak hatiku kau tinggalkan.

mungkin aku hanya seorang lelaki yang pandai bersembunyi di balik tulisan aksara-aksara indah yang bagimu sanggup tundukkan wanita mana saja aku suka. dan lewat mulutku, aku menyairkan puisi-puisi yang menurut penafsiranmu selalu berkonotasi rayuan-rayuan penuh diksi dan ilusi serta hanya menawarkan surga yang penuh dengan fatamorgana.

atau mungkin ruang di hatimu tak punya cukup tempat untuk masalaluku yang terlalu kelabu, yang teramat kelam ceritanya untuk ditambal sulam. atau mungkin pula kau terlalu mendengarkan bisikan-bisikan sang waktu yang menceritakan bagaimana aku di masalalu, bagaimana tingkah polahku pada masa itu. hingga kau tak pernah memberikan aku kesempatan untuk menjelaskan segala pertanyaan yang tak pernah engkau utarakan.

meskipun begitu kau tak perlu tahu, bahwa namamu telah kugoreskan pada dinding hatiku beberapa tahun yang lalu. dan betapa diam-diam aku tahu kesukaanmu, kau menyukai segala hal yang berbau warna ungu. dan juga aku selalu suka mengamati saat makanan yang ada di piringmu tak pernah kau habiskan dengan berbagai macam alasan. semua itu aku simpan rapat-rapat di dalam hati yang telah kupasangi kata sandi, yang pada tiap kalimatnya hanya aku dan Tuhan yang mengerti.

dear kamu…

entahlah, aku hanya ingin berterimakasih atas segala kebaikanmu selama ini yang telah mengenalkan kepadaku apa artinya rindu. yang telah dengan sabar, mengajariku mengeja kata cinta dengan benar. yang telah memberikan keceriaan, saat kakiku menemani langkah kakimu menyusuri jejak kesenangan, yang kutahu kini hanya tinggal kenangan. terima kasih untuk selalu mengingatkan aku betapa tidak sia-sianya air yang keluar dari mata karena rasa yang bernama asmara. yang pedih dan sakitnya luka adalah bagian dari perjalanan cinta.

dear kamu…

yang aku tahu pasti, aku hanya mampu berjanji pada diriku sendiri. selama pintu hatimu tak terbuka untukku, selama itu pula aku akan setia menunggu kamu….

Cinta & Pernikahan

Murid bertanya kepada gurunya, “Apa itu cinta?”

Gurunya menjawab, “pergilah ke ladang gandum dan petiklah sebulir yang besar, kemudian kembalilah. Tapi peraturannya adalah: engkau hanya boleh melewatinya sekali saja, dan kau tidak boleh kembali lagi untuk memetik.”

Murid itu pergi ke ladang, melewati bari pertama, ia melihat sebulir gandum yang besar, tapi ia berpikir mungkin ada bulir yang lebih besar lagi nanti.

Lalu ia melihat bulir lain yang lebih besar, tapi pikirnya kembali, mungkin ada bulir lain yang lebih besar.

Setelah ia melewati lebih dari setengah ladang gandum, ia mulai menyadari bahwa bulir-bulir gandum yang ia temui tidak sebesar yang ia lihat sebelumnya. Ia menyadari kalau ia telah melewatkan bulir gandum yang terbesar, dan ia menyesal.

Dengan demikian, ia kembali ke gurunya dengan tangan kosong.

Gurunya berkata,
"inilah cinta … Kau terus menjadi yang terbaik, tapi kemudian kau menyadari, kau telah kehilangan dia"

Lalu muridnya bertanya, “Apa itu pernikahan?”

Sang guru menjawab, “pergilah ke ladang jagung, dan pilihlah satu jagung yang paling besar, dan kembalilah. Tapi peraturannya adalah: engkau hanya boleh melewatinya sekali saja, dan kau tidak boleh kembali untuk memetik.”

Murid pergi ke ladang jagung. Kali ini ia dengan hati-hati, untuk tidak mengulangi kesalahannya. Ketika ia mencapai setengah dari ladang itu, ia memilih satu jagung yang berukuran cukup, yang membuat hatinya cukup puas. Lalu, ia kembali kepada gurunya.

Gurunya berkata
"kali ini kau membawa jagung. Kau mencari seseorang yang cukup baik, kau yakin dan percaya bahwa inilah orang yang terbaik untukmu. Inilah pernikahan"