Minggu, 23 Agustus 2009

Wanita Shalihah dan Hijab


Wanita adalah suatu jiwa yang halus,dan selalu mempesona dengan apa yang ada dalam dirinnya. Ada yang mengatakan bahwa dunia itu akan hampa tanpa wanita. Bahkan Rasulullah sendiri bersabda dalam haditsnya " Sebaik-baiknya perhiasan didunia ini adalah wanita shalihah". Dan seperti apakah wanita shalihah secara fisik menurut pandangan Islam??? Yaitu dialah wanita - wanita yang menutup seluruh lekuk tubuhnya dengan busana yang Islami. Busana yang menutup auratnya kecuali telapak tangan dan wajah.

Sabtu, 15 Agustus 2009

ENSIKLOPEDIA

BUTTER (BUKU TERMAHAL)

Boerhaave, penulis sebuah buku Elementa Chemiae yang juga seorang dokter Belanda, berhasil menjual buku bersegel karangannya “The Onliest and The Deepst Sceret of Medical Art” (Rahasia Paling Mendalam dan Satu – satunya dari Seni Pengobatan) seharga US$ 20 000. Buku tersebut merupakan karyanya yang terakhir dan menjadi warisan ilmu sebelum dia meninggal pada tahun 1738. Keunikan buku ini…,setelah di buka – buka isinya hanya 99 halaman yang kosong dan satu halaman yang berisi sebuah tulisan singkat : “Jaga diri untuk tetap tenang, jaga kaki agar tetap hangat, dan kamu akan membuat dokter terbaik sekalipun menjadi miskin”






FILTER (FILM TERPANJANG)

Film The Cure For Insomia adalah film terpanjang di dunia. Film yang di sutradarai oleh John Henry ini berdurasi sekitar 5.220 menit atau 87 jam. Dalam film ini L. D. Groban mendeklamasikan puisinya yang panjang teksnya mencapai 4.080 halaman selama tiga setengah hari. Film ini pertama kali di puter di The School Of The Art Institute Chicago,Illionis pada tanggal 31 Januari 1987 – 3 Februari 1987.

TAKUT MATI dan PERSIAPANNYA

Ada sebagian orang yang mencari pembenaran kepengecutannya dengan ayat Al Quran, “Janganlah kamu campakkan dirimu dalam kebinasaan!” Maka Abu Ayub Al Anshari r.a. memberikan penjelasan tentang maksud dan sebab diturunkannya ayat tersebut.

Aslam bin Abi ‘Imran berkata, “Kami berangkat dari Madinah untuk berperang menuju Konstatinopel. Di antara penduduk Mesir terdapat ‘Uqbbah bin ‘Amir r.a. dan di antara rombongan kaum muslimin terdapat Abdurrahman bin Khalid bin Walid Maka kami berbaris menjadi dua shaf panjang yang belum pernah aku lihat sebelumnya, sedangkan pasukan Romawi merapat pada dinding kota Konstatinopel.. tiba-tiba, seorang laki-laki dari kami menyerbu musuh. Melihat kejadian itu, orang-orang berkomentar, “Jangan begitu. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan Allah, dia telah mencampakkan dirinya dalam kebinasaan.” Mendengar hal itu Abu Ayub Al Anshari r.a. berkata, “Kalian menafsirkan ayat tersebut untuk seseorang yang berperang mencari kesyahidan atau menguji seseorang yang berperang mencari kesyahidan atau menguji dirinya (di jalan Allah)? Sesungguhnya ayat itu diturunkan kepada kami, kaum Anshar, yaitu ketika kami mengetahui bahwa Allah telah memenangkan nabi-Nya dan memuliakan Islam, maka sebagian kami berbisik kepada sebagian yang lain tanpa sepengetahuan Rasulullah saw., “Kita telah meningalkan keluarga dan tidak mengembangkan ekonomi, hingga Allah memberikan kemenangan kepada nabi-Nya. Sekarang mari kita kembali kepada keluarga dan memperbaiki ekonomi kita!” Maka Allah swt. menurunkan berita dari langit kepada nabi-Nya.

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al Baqarah: 195)

Maka mencampakkan diri dalam kebinasaan adalah konsentrasi pada harta, memperbaiki ekonomi semata dan meninggalkan jihad.

Ada juga sebagian kaum muslimin yang menjadikan ayat tersebut dan penjelasan dari Abu Ayyub Al Anshari r.a. sebagai dalil pemnbenaran sifat ceroboh dan kurang rapinya perencanaan. Padahal berani mati tidak berarti mengabaikan dan persiapan. Sebab keberanian yang tidak disertai perhitungan dan persiapan adalah sikap dungu dan ngawur.

Ibnu taimiyah berkata, “Syaja’ah (keberanian) yang terpuji adalah yang disadari ilmu dan perhitungan, bukan tahawwur (ngawur, yaitu keberanian yang tidak didasari pada pemikiran dan perhitungan, serta tanpa pemilahan antara terpuji dan tercela). Karena itu, orang kuat dan perkasa adalah orang yang mampu mengendalikan diri ketika marah hingga dapat melakukan yang mengandung nasehat kemaslahatan dan meninggalkan yang tidak mengandung maslahat. Sedangkan orang yang emosional bukanlah pemberani dan juga bukan orang kuat.”

Sayyid Quthub berkata dalam Zhilal, “Bila menemui kematian itu dapat dinamai tahawwur atau pengecut, maka syaja’ah adalah menjemput kematian yang didasari pertimbangan yang matang nan bijak. Boleh jadi, orang yang paling bersemangat dan agresif adalah orang yang paling penakut ketika bertemu dengan keseriusan dan terjadi peperangan. Bahkan, mungkin hal ini menjadi suatu kaidah, bahwa sifat agresif, emosional, tahawwur, dan semangat yang melebihi kewajaran, biasanya bersumber dari kurangnya perhitungan pada hakikat beban yang akan dipikul, bukan bersumber dari keberanian dan sifat tahan uji.”

Rasulullah saw, yang terkenal paling pemberani, melaksanakan dakwah dan perjuangan dengan perencanaan matang dan perhitungan yang sangat cermat. Hal itu dapat dilihat dalam sirah nabawiyyah, misalnya dalam peristiwa hijrah dan berbagai peperangan Rasulullah saw.

Para sahabat adalah para pemberani, tetapi mereka tetap menyiapkan diri sebelum berperang dengan berlatih dan melengkapi perbekalan. Karena Allah swt. memerintahkan hal itu.

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, mushmu dan orang-orang selain mereka yang kau tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (Q.S. Al Anfal: 60)

Meskipun mereka berperang dengan semangat ingin mencari ke syahid-an, namun tetap berusaha sekuat tenaga menundukkan musuh-musuh Allah dan mengikis mereka hingga ke akar-akarnya. Mereka melakukan hal itu karena ingin mendapatkan salah satu dari dua kebaikan yang telah dijanjikan oleh Allah, yaitu kemenangan atau memperoleh ke-syahid-an.

Allah swt. menyebutkan karakter orang yang telah menjual dirinya untuk meraih surga, bahwa mereka mempunyai kemahiran dalam mebabat musuh-musuh Allah (keahlian membunuh musuh) dan memiliki kesiapan untuk mati dalam pertarungan (terbunuh).

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh.” (Q.S. At taubah: 111)

Mereka meyakini sepenuhnya bahwa ajal telah ditentukan oleh Allah swt. dan mati syahid adalah seutama-utama kematian. Mereka juga yakin bila ajal datanng saat berperang, maka kenikmatan hakiki akan segera didapatkan, dan bila ditakdirkan hidup lebih lama, maka mereka berupaya memenangkan agama Allah, selama kesempatan untuk berjuang tetatp terbuka. Karena itu tiada guna takut pada kematian dan tidak perlu mempercepat kedatangannya.

“Barangsiapa yang sering berjumpa Allah, maka Allah pun senang berjumpa dengannya, dan barangsiapa yang benci berjumpa Allah, maka Allah pun benci berjumpa dengannya. (H.R. Muslim)

Bila cowok jatuh cinta pada seorang akhwat

Kebayang nggak sih dalam benak seorang akhwat kalau da cowok yang jatuh cinta sama dia. Bagaimanakah perasaannya???

Kesel..???
jelas....kenapa harus cowok,bukannya ikhwan yang jatuh cinta ke dia!!!!

Minder...??
ngerasa juga...... Mank tarbiyahku kurang ya??? kuq bukan ikhwan yang jatuh cinta ke aku tapi malah cowok.

Hm,.....akhwat fillah. Dont be sad!!!